Cari Disini

Minggu, 11 Februari 2018

Makalah Konsep Dasar Bimbingan Belajar

1. Konsep Dasar Bimbingan Belajar
a. Pengertian Bimbingan Belajar
Menurut A J Jones, bimbingan belajar merupakan suatu proses pemberian bantuan seseorang pada orang lain dalam menentukan pilihan dan pemecahan masalah dalam kehidupannya.
Menurut L D Crow dan A Crow, bimbingan belajar merupakan suatu bantuan yang dapat diberikan oleh seseorang yang telah terdidik pada orang lain yang mana usianya tidak ditentukan untuk dapat menjalani kegiatan dalam hidupnya.
Jadi, bimbingan belajar adalah suatu bentuk kegiatan dalam proses belajar yang dilakukan oleh seseorang yang telah memiliki kemampuan lebih dalam banyak hal untuk diberikan kepada orang lain yang mana bertujuan agar orang lain dapat menemukan pengetahuan baru yang belum dimilikinya serta dapat diterapkan dalam kehidupannya.
b. Latar Belakang Bimbingan Belajar
Suatu kegiatan yang dilaksanakan sudah pasti memiliki latar belakang. Demikian pula halnya dengan layanan bimbingan belajar. Kegiatan bimbingan belajar dilaksanakan karena dilatar belakangi oleh beberapa hal, sebagai berikut:
a) Adanya criterion referenced evaluation yang mana mengklasifikasikan siswa berdasarkan keberhasilan mereka dalam menguasai pelajaran. Dan kualifikasi itu, antara lain :
Siswa yang benar-benar dapat meguasai pelajaran.
Siswa yang cukup menguasai pelajaran.
Siswa yang belum dapat menguasai pelajaran.
b) Adanya kemampuan/tingkat kecerdasan dan bakat yang dimiliki oleh tiap siswa yang mana berbeda dengan siswa yang lainnya. Dimana klasifikasi siswa tersebut antara lain :
Siswa yang prestasinya lebih tinggi dari apa yang diperkirakan berdasarkan hasil tes kemampuan belajarnya.
Siswa yang prestasiya memang sesuai dengan apa yang diperkirakan berdasarkan tes kemampuan belajarnya.
Siswa yang prestasinya ternyata lebih rendah dai apa yang diperkirakan berdasarkan hasil tes kemampuan belajarnya.
c) Adanya penerapan waktu untuk menyelesaikan suatu program belajar. Dan klasifikasi siswa dalam hal ini antara lain :
Siswa yang ternyata dapat menyelesaikan pelajaran lebih cepat dari waktu yang disesuaikan.
Siswa yang dapat menyelesaikan pelajaran sesuai waktu yang telah disesuaikan.
Siswa yang ternyata tidak dapat menyelesaikan pelajaran sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
d) Adanya penggunaan norm referenced yang mana membandingkan prestasi siswa yang satu dengan yang lainnya. Dan klasifikasi siswa berdasarkan perstasinya itu antara lain :
Siswa yang prestasi belajarnya selalu berada di atas nilai rata-rata prestasi kelompoknya.
Siswa yang prestasi belajarnya selalu berada di sekitar nilai rata-rata dari kelompoknya.
Siswa yang prestasinya selalu berada di bawah nilai rata-rata prestasi kelompoknya.
Setelah mengetahui begitu banyak permasalahan yang dihadapi oleh setiap siswa dalam kegiatan belajarnya, maka diperlukanlah suatu bentuk layanan bimbingan belajar. Hal ini dimaksudkan agar para siswa yang memiliki permasalahan dalam belajarnya dapat segera memperoleh bantuan atau bimbingan dalam kegiatan belajar yang diperlukannya. Jadi, layanan bimbingan belajar sangat diperlukan oleh semua orang yang sedang melakukan proses atau kegiatan belajar.
c. Jenis Layanan Bimbingan Belajar dalam Kaitannya dengan PBM
Seorang guru dalam memberikan layanan bimbingan belajar harus tetap berporos pada terselenggaranya Proses Belajar Mengajar. Oleh karena itu, diperlukanlah suatu jenis layanan bimbingan belajar yang berkaitan dengan Proses Belajar Mengajar. Maka jenis layanan bimbingan belajar dalam konteks Proses Belajar Mengajar yang dapat dan seyogianya dijalankan oleh para guru, antara lain :
Mengumpulkan informasi mengenai diri siswa
Memberikan informasi mengenai berbagai kemungkinan jenis program dan kegiatan yang sesuai dengan karakteristik siswa.
Menempatkan siswa dengan kelompok belajar yang sesuai
Memberikan program belajar yang sesuai
Mengidentifikasi siswa yang diduga mengalami kesulitan belajar
Membuat rekomendasi tentang kemungkinan usaha selanjutnya
Melakukan remedial teaching

5. Jadi ketermpilan belajar merupakan suatu kemampuan  atau kecakapan individu dalam proses belajar termasuk penerapan strategi dan metode belajar yang efektif dan efisien untuk mencapai prestasi yang optimal.
Macam-macam keterampilan belajar
a. Keterampilan belajar abstrak adalah keterampilan yang menggunakan cara-cara berfikir abstrak. Tujuanya adalah untuk memperoleh pemahaman dan pemecahan masalah-masalah yang tidak nyata. Contoh belajar matematika,belajar kimia,belajar tauhid.
b. Keterampilan belajar sosial adalah memahami masalah-masalah sosial dan cara memecahkanya. Contohnya belajar mengatasi masalah keluarga,kelompok dan masyarakat.
c. Keterampilan belajar rasional adalah keterampilan belajar yang menggunakan cara berfikir logis dan sistematis untuk memperoleh aneka ragam kecakapan dengan menggunakan prinsip-prinsip dan konsep-konsep.
d. Keterampilan belajar pemecahan masalah adalah keterampilan belajar mengunakan metode-metode ilmiah atau befikir secara sistematis,logis, teratur dan teliti. Tujuanya untuk mencapai kemampuan dan kecakapan kognitif untuk memecahkan masalah secara lugas rasional dan tuntas.
e. Keterampilan belajar apresiasi  adalah keterampilan yang mempertimbangkan  arti penting atau nilai suatu objek. Jenis keterampilan belajar ini lebih menekankan kecakapan ranah rasa atau afektif skills. Contoh kesenian,kerajinan tangan ,bahasa.
f. Keterampilan belajart pengetahuan adalah keterampilan yang dilakukan dengan cara melakukan penyelidikan mendalam terhadap objek pengetahuan tertentu.
g. Keterampilan belajar Motorik adalah keterampilan yang di gunakan dengan menggunakan gerakan-gerakan motorik. Contoh menari,melukis beramian musik elektronik.

Ada tiga faktor penting dalam penguasaan keterampilan untuk belajar :
Pola pikir dan sikap (mindset and attitude) kita terhadap  belajar harus ada.
Kemampuan kita untuk mendayagunakan kekuatan pikiran kita untuk mempercepat proses belajar (accelerated learning),contohnya denga pikiran bawah sadar kita
Disiplin diri dan kegigihan (self discipline and persistence).

6. Menciptakan Lingkungan Pembelajaran yang Kondusif
Salah satu faktor penting yang dapat memaksimalkan kesempatan pembelajaran bagi anak adalah penciptaan lingkungan pembelajaran yang kondusif. Lingkungan pembelajaran dalam hal ini, adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan tempat proses pembelajaran dilaksanakan. Sedangkan kondusif berarti kondisi yang benar-benar sesuai dan mendukung keberlangsungan proses pembelajaran. Proses pembelajaran merupakan interaksi antara anak dengan lingkungannya, sehingga pada diri anak terjadi proses pengolahan informasi menjadi pengetahuan, keterampilan dan sikap sebagai hasil dari proses belajar.
Lingkungan belajar dapat diciptakan sedemikian rupa, sehingga dapat memfasilitasi anak dalam melaksanakan kegiatan belajar. Lingkungan belajar dapat merefleksikan ekspektasi yang tinggi bagi kesuksesan seluruh anak secara individual. Dengan demikian, lingkungan belajar merupakan situasi yang direkayasa oleh guru agar proses pembelajaran dapat berlangsung secara efektif. Menurut Saroni (2006) dalam Kusmoro (2008), lingkungan pembelajaran terdiri atas dua hal utama, yaitu lingkungan fisik dan lingkungan sosial.
Lingkungan fisik dalam hal ini adalah lingkungan yang ada disekitar siswa belajar berupa sarana fisik baik yang ada dilingkup sekolah,  dalam hal ini dalam ruang kelas belajar di sekolah. Lingkungan fisik dapat berupa sarana dan prasarana kelas, pencahayaan, pengudaraan, pewarnaan, alat/media belajar, pajangan serta penataannya. Sedangkan lingkungan sosial merupakan pola interaksi yang terjadi dalam proses pembelajaran. Interaksi yang dimaksud adalah interkasi antar siswa dengan siswa, siswa dengan guru, siswa dengan sumber belajar, dan lain sebagainya. Dalam hal ini, lingkungan sosial yang baik memungkinkan adanya interkasi yang proporsional antara guru dan siswa dalam proses pembelajaran.
Menurut Mulyasa (2006), dalam upaya menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif bagi anak, guru harus dapat memberikan kemudahan belajar kepada siswa, menyediakan berbagai sarana dan sumber belajar yang memadai, menyampaikan materi pembelajaran, dan strategi pembelajaran yang memungkinkan siswa belajar. Oleh karena itu, peran guru selayaknya membiasakan pengaturan peran dan tanggung jawab bagi setiap anak terhadap terciptanya lingkungan fisik kelas yang diharapkan dan suasana lingkungan sosial kelas yang menjadikan proses pembelajaran dapat berlangsung secara bermakna. Dengan terciptanya tanggung jawab bersama antara anak dan guru, maka akan tercipta situasi pembelajaran yang kondusif dan bersinergi bagi semua anak (Kusmoro, 2008).


7. Pengertian Diagnosis Kesulitan Belajar
Diagnosis merupakan istilah yang diadopsi dari bidang medis. Menurut Thorndik e dan Hagen (Abin S.M., 2002 : 307), diagnosis dapat diartikan sebagai :
a. Upaya atau proses menemukan kelemahan atau penyakit (weakness, disease) apa yang dialami seseorang dengan melalui pengujian dan studi yang seksama mengenai gejala-gejalanya (symtoms);
b. Studi yang seksama terhadap fakta tentang suatu hal untuk menemukan karakteristik atau kesalahan-kesalahan dan sebagainya yang esensial;
c. Keputusan yang dicapai setelah dilakukan suatu studi yang saksama atas gejala-gejala atau fakta-fakta tentang suatu hal. 
Dari ketiga pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa di dalam konsep diagnosis, secara implisit telah tercakup pula konsep prognosisnya. Dengan demikian dalam proses diagnosis bukan hanya sekadar mengidentifikasi jenis dan karakteristiknya, serta latar belakang dari suatu kelemahan atau penyakit tertentu, melainkan juga mengimplikasikan suatu upaya untuk meramalkan kemungkinan dan menyarankan tindakan pemecahannya.
Bila kegiatan diagnosis diarahkan pada masalah yang terjadi pada belajar, maka disebut sebagai diagnosis kesulitan belajar. Melalui diagnosis kesulitan belajar gejala-gejala yang menunjukkan adanya kesulitan dalam belajar diidentifikasi, dicari faktor-faktor yang menyebabkannya, dan diupayakan jalan keluar untuk memecahkan masalah tersebut. 

8. Kedudukan Diagnosis Kesulitan Masalah Belajar, dalam kegiatan Belajar dan Mengajar
Ketidakberhasilan dalam proses belajar mengajar dalam mencapai ketuntasan bahan tidak dapat dikembalikan kepada hanya satu factor yang terlibat dalam proses belajar mengajar. Faktor yang dapat kita persoalkan adalah siswa yang belajar, jenis kesulitan yang dihadapi siswa dan kegiatan yang terlibat dalam proses.
Yang penting dalam kegiatan proses diagnostik masalah dalam belajar adalah menemukan letak masalah dan jenis masalah yang dihadapi siswa agar pengajaran perbaikannya (learning corrective) yang dilakukan dapat dilaksanakan secara efektif. Kegiatan diagnosis terutama harus ditujukan :
1. Bakat siswa yang berbeda.
2. Ketekunan dan tingkat usaha yang dilakukan siswa.
3. Waktu yang tersedia untuk menguasai ruang lingkup tertentu sesuai dengan bakat yang bersifat individual dan usaha yang dilakukannya.
4. Kualitas pengajaran yang tersedia
5. Kemampuan siswa untuk memahami tugas-tugas belajar.
6. Tingkat dari jenis kesulitan yang diderita siswa sehingga dapat ditentukan perbaikannya.


9. Pengertian Kesulitan Belajar
Ada beberapa pendapat mengenai pengertian kesulitan belajar. Blassic dan Jones, sebagaimana dikutip oleh Warkitri ddk. (1990 : 8.3), menyatakan bahwa kesulitan belajar adalah terdapatnya suatu jarak antara prestasi akademik yang diharapkan dengan prestasi akademik yang diperoleh. Mereka selanjutnya menyatakan bahwa individu yang mengalami kesulitan belajar adalah individu yang normal inteligensinya, tetapi menunjukkan satu atau beberapa kekurangan penting dalam proses belajar, baik persepsi, ingatan, perhatian, ataupun fungsi motoriknya.
Sementara itu Siti Mardiyanti dkk. (1994 : 4 – 5) menganggap kesulitan belajar sebagai suatu kondisi dalam proses belajar yang ditandai oleh adanya hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar. Hambatan tersebut mungkin disadari atau tidak disadari oleh yang bersangkutan, mungkin bersifat psikologis, sosiologis, ataupun fisiologis dalam proses belajarnya.

10. jenis-jenis kesulitan belajar
a. Learning Disorder atau kekacauan belajar adalah keadaan dimana proses belajar seseorang terganggu karena timbulnya respons yang bertentangan. Pada dasarnya, yang mengalami kekacauan belajar, potensi dasarnya tidak dirugikan, akan tetapi belajarnya terganggu atau terhambat oleh adanya respons-respons yang bertentangan, sehingga hasil belajar yang dicapainya lebih rendah dari potensi yang dimilikinya. Contoh : siswa yang sudah terbiasa dengan olah raga keras seperti karate, tinju dan sejenisnya, mungkin akan mengalami kesulitan dalam belajar menari yang menuntut gerakan lemah-gemulai.
b. Learning Disfunction merupakan gejala dimana proses belajar yang dilakukan siswa tidak berfungsi dengan baik, meskipun sebenarnya siswa tersebut tidak menunjukkan adanya subnormalitas mental, gangguan alat dria, atau gangguan psikologis lainnya. Contoh : siswa yang yang memiliki postur tubuh yang tinggi atletis dan sangat cocok menjadi atlet bola volley, namun karena tidak pernah dilatih bermain bola volley, maka dia tidak dapat menguasai permainan volley dengan baik.
c. Under Achiever mengacu kepada siswa yang sesungguhnya memiliki tingkat potensi intelektual yang tergolong di atas normal, tetapi prestasi belajarnya tergolong rendah. Contoh : siswa yang telah dites kecerdasannya dan menunjukkan tingkat kecerdasan tergolong sangat unggul (IQ = 130 – 140), namun prestasi belajarnya biasa-biasa saja atau malah sangat rendah.
d. Slow Learner atau lambat belajar adalah siswa yang lambat dalam proses belajar, sehingga ia membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan sekelompok siswa lain yang memiliki taraf potensi intelektual yang sama.
e. Learning Disabilities atau ketidakmampuan belajar mengacu pada gejala dimana siswa tidak mampu belajar atau menghindari belajar, sehingga hasil belajar di bawah potensi intelektualnya.




11.  Faktor-faktor Penyebab Kesulitan Belajar
Menurut Burton, sebagaimana dikutip oleh Abin S.M. (2002 : 325-326), faktor-faktor yang menyebabkan kesulitan belajar individu dapat berupa faktor internal, yaitu yang berasal dari dalam diri yang bersangkutan, dan faktor eksternal, adalah faktor yang berasal dari luar diri yang bersangkutan.
1. Faktor Internal
Yang dimaksud dengan faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri mahasiswa. Faktor ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu faktor kejiwaan dan faktor kejasmanian.
a. Faktor kejiwaan, antara lain : 
minat terhadap mata kuliah kurang;
motif belajar rendah;
rasa percaya diri kurang;
disiplin pribadi rendah;
sering meremehkan persoalan; 
sering mengalami konflik psikis;
integritas kepribadian lemah.
b. Faktor kejasmanian, antara lain :
keadaan fisik lemah (mudah terserang penyakit);
adanya penyakit yang sulit atau tidak dapat disembuhkan;
adanya gangguan pada fungsi indera;
kelelahan secara fisik.

2. Faktor Eksternal
Yang dimaksud dengan faktor eksternal adalah faktor yang berada atau berasal dari luar mahasiswa. Faktor ini dapat dibedakan menjadi dua : faktor instrumental dan faktor lingkungan.
a. Faktor instrumental
Faktor-faktor instrumental yang dapat menyebabkan kesulitan belajar mahasiswa antara lain :
Kemampuan profesional dan kepribadian dosen yang tidak memadai;
Kurikulum yang terlalu berat bagi mahasiswa;
Program belajar dan pembelajaran yang tidak tersusun dengan baik;
Fasilitas belajar dan pembelajaran yang tidak sesuai dengan kebutuhan.

b. Faktor lingkungan
Faktor lingkungan meliputi lingkungan sosial dan lingkungan fisik. Penyebab kesulitan belajar yang berupa faktor lingkungan antara lain :
Disintegrasi atau disharmonisasi keluarga;
Lingkungan sosial kampus yang tidak kondusif;
Teman-teman bergaul yang tidak baik;
Lokasi kampus yang tidak atau kurang cocok untuk pendidikan.

12. langkah-langkah DKB dan penanganannya
Sebagai prosedur maka diagnosis kesulitan belajar terdiri dari langkah-langkah yang tersusun secara sistematis. Pendapat Roos dan Stanley tersebut dapat dioperasionalisasikan dalam memecahkan masalah atau kesulitan belajar mahasiswa dengan tahapan kegiatan sebagai berikut.
a. Mengidentifikasi siswa yang diduga mengalami kesulitan belajar
Identifikasi mahasiswa yang mengalami kesulitan belajar dilakukan dengan :

1. Menganalisis prestasi belajar
Dari segi prestasi belajar, individu dapat dinyatakan mengalami kesulitan bila : pertama, nilai yang bersangkutan lebih rendah dibanding nilai rata-rata klasnya; kedua, prestasi yang dicapai sekarang lebih rendah dari sebelumnya; dan ketiga, prestasi yang dicapai berada di bawah kemampuan sebenarnya.
2. Menganalisis periaku yang berhubungan dengan proses belajar.
Analisis perilaku terhadap siswa yang diduga mengalami kesulitan belajar dilakukan dengan : pertama, membandingkan perilaku yang bersangkutan dengan perilaku siswa lainnya yang berasal dari tingkat atau kelas yang sama; kedua, membandingkan perilaku yang bersangkutan dengan perilaku yang diharapkan oleh lembaga pendidikan.
3. Menganalisis hubungan sosial
Intensitas interaksi sosial individu dengan kelompoknya dapat diketahui dengan sosiometri. Dengan sosiometri dapat diketahui individu-individu yang terisolasi dari kelompoknya. Gejala tersebut merupakan salah satu indikator kesulitan belajar.
b. Melokalisasi letak kesulitan belajar
Setelah siswa-siswa yang mengalami kesulitan belajar diidentifikasi, langkah berikutnya adalah menelaah :
pada mata pelajaran apa yang bersangkutan mengalami kesulitan;
pada aspek tujuan pembelajaran yang mana kesulitan terjadi;
pada bagian (ruang lingkup) materi yang mana kesulitan terjadi;
pada segi-segi proses pembelajaran yang mana kesulitan terjadi.

c. Mengidentifikasi faktor-faktor penyebab kesulitan belajar
Pada tahap ini semua faktor yang diduga sebagai penyebab kesulitan belajar diusahakan untuk dapat diungkap. Tahap ini oleh para ahli dipandang sebagai tahap yang paling sulit, mengingat penyebab kesulitan belajar itu sangat kompleks, sehingga hal tidak dapat dipahami secara sempurna, meskipun oleh seorang ahli sekalipun (Koestoer dan A. Hadisuparto, 1998 : 21).
Teknik pengungkapan faktor penyebab kesulita belajar dapat dilakukan dengan : 1) observasi; 2) wawancara; 3) kuesioner; 4) skala sikap, 5) tes; dan 6) pemeriksaan secara medis.
d. Memperkirakan alternatif pertolongan
Hal-hal yang perlu dipertimbangkan secara matang pada tahap ini adalah sebagai berikut.
Apakah siswa yang mengalami kesulitan belajar tersebut masih mungkin untuk ditolong ? 
Teknik apa yang tepat untuk pertolongan tersebut ?
Kapan dan di mana proses pemberian bantuan tersebut dilaksanakan ?
Siapa saja yang terlibat dalam proses pemberian bantuan tersebut ?
Berapa lama waktu yang diperlukan untuk kegiatan tersebut ?

e. Menetapkan kemungkinan teknik mengatasi kesulitan belajar
Tahap ini merupakan kegiatan penyusunan rencana yang meliputi : pertama, teknik-teknik yang dipilih untuk mengatasi kesulitan belajar dan kedua, teknik-teknik yang dipilih untuk mencegah agar kesulitan belajar tidak terjadi lagi. 
f. Pelaksanaan pemberian pertolongan
Tahap keenam ini merupakan tahap terakhir dari diagnosis kesulitan belajar mahasiswa. Pada tahap apa saja yang telah ditetapkan pada tahap kelima dilaksanakan. 

13. perlunya pengajaran remidial bagi siwa
Pengajaran remidial adalah suatu proses kegiatan pelaksanaan program belejar mengajar khusus yang bersifat individual, diberikan kepada siswa yang mengalami kesulitan belajar, yang bersifatmengoreksi (menyembuhkan) siswa yang mengalami gangguan belajar sehingga dapat mengikuti proses belajar mengajar secara klasikal kembali untuk mencapai prestasi yang optimal
Pentingnya pengajaran remidial:
a. Siswa ternyata masih banyak yang mendapat nilai kurang. Selain itu ada perbedaan individual dalam proses belajarnya dan setiap individu memiliki latar belakang yang berbeda. Nmun dalam proses belajar mengajar dilakukan dengan kedekatan tak sama, melupakan perbedaan yang ada.
b. Guru, pada dasarnya guru bertanggung jawab atas keseluruhan proses pendidikan. Terhadap murid yang belum berhasil, guru bertanggung jawab membantu.
c. Proses remidial  diperlukan untuk melaksanakan proses belajar mengajar yang sebenarnya. Pada dasarnya suatu proses  belajar diartikan sebagai suatu proses pengubahan tingkah laku.
d. Pelayanan bimbingan. Melalui pelayanan BK setiap murid dapat memahami dirinya sendiri, memahami kelebihan dan kekurangannya serta dapat mengarahkan dirinya untuk mencapai perkembangan yang optimal.

Tujuan pengajaran remidial adalah agar siswa dapat mencapai prestasi belajar yang diharapkan melalui  proses penyembuhan atau perbaikan, baik segi proses balajar mengajar maupun kepribadian siswa.

14. pentingnya pengajaran pengayaan
Secara umum pengayaan dapat diartikan sebagai pengalaman atau kegiatan peserta didik yang melampaui persyaratan minimal yang ditentukan oleh kurikulum dan tidak  semua peserta didik dapat melakukannya.

Artikel Terkait

Tidak ada komentar:

Posting Komentar