Cari Disini

Kamis, 08 Februari 2018

Makalah : Pengaruh Wabah Merokok Dikalangan Remaja Terhadap Prestasi Belajar Di Sekolah

KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah S.W.T berkat rahmatnya saya di beri kesehatan dan kemudahan dalam menyelesaikan makalah ini. Tanpa rahmat Allah mungkin saya tidak dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.

Makalah ini disusun agar pembaca dapat mengetahui seberapa besar pengaruh wabah merokok terhadap prestasi belajar siswa di sekolah yang kini dirsa sudah sangat memprihatinkan. Makalah ini di susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Allah S.W.T akhirnya makalah ini dapat diselesaikan.

Makalah ini memuat tentang “Pengaruh Wabah Merokok Dikalangan Remaja Terhadap Prestasi Belajar Di Sekolah” dan sengaja dipilih karena menarik perhatian penulis.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun mohon untuk saran dan kritiknya. Terima kasih.


BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Banyak di antara remaja yang merokok tanpa memperhatikan akibat-akibat dari kegiatan yang dilakukannya itu. Para remaja hanya mengedepankan keegoisan mereka,merasa bila mereka merokok itu di bilang keren oleh orang disekitarnya, merasa “kesetia kawanan”,kalau tidak merokok mereka merasa tidak enak pada teman lain yang merokok, dan atau mereka awalnya hanya mencoba-coba kebiasaan merokok orang lain tetapi ternyata ketagihan.
Para remaja tidak sadar bahwa banyak bahaya yang mengancam kesehatan mereka dan masa depan mereka,termasuk prestasi belajar mereka juga menurun secara perlahan tapi pasti.
Pada makalah ini metode penelitian didasarkan pada kenyataan yang terjadi dilapangan bercampur baur  dengan para remaja yang merokok. Sehingga masalah yang sedang terjadi ini menarik untuk di jadikan makalah.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun mohon untuk saran dan kritiknya. Terima kasih.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah diatas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apakah sebab para remaja merokok?
2. Apakah prestasi belajar itu?
3. Mengapa merokok dapat berpengaruh terhadap prestasi belajar  di sekolah?
4. Bagaimana cara mengurangi dampak merokok terhadap prestasi belajar di sekolah?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui seberapa pengaruh rokok terhadap remaja.
2. Untuk mengetahui apa sebab para remaja merokok.
3. Untuk mengetahui seberapa pengaruh merokok terhadap prestasi belajar remaja.
4. Untuk mengetahui cara terbaik untuk mengurangi dampak merokok terhadap prestasi belajar remaja di sekolah.

BAB II
PEMBAHASAN
Setiap orang harus menjaga kesehatannya supaya memiliki jasmani dan rohani yang kuat dan sehat, sehingga dapat menjalani hidup dan kehidupannya. Untuk menjaga jasmani yang kuat dan sehat diperlukan rohani yang kuat dan sehat pula artinya rohani yang tidak mudah tergoda oleh berbagai godaan yang dapat menjerumuskan diri pada perbuatan yang merusak jasmani.Salah satu hal yang menjadi faktor rusaknya kesehatan jasmani dan rohani adalah merokok .
Faktor terbesar dari kebiasaan merokok dipengaruhi oleh faktor sosial atau lingkungan, dimana karakter seseorang banyak dibentuk oleh lingkungan sekitar, baik dari keluarga, tetangga, ataupun teman pergaulannya. Bersosialisasi merupakan cara utama pada anak-anak dan remaja untuk mencari jati diri mereka. Dengan melihat apa yang dilakukan orang lain dan kadang kala mencoba untuk meniru apa yang dilakukan orang lain. Hal itu merupakan suatu proses yang terjadi pada remaja untuk mencari jati diri dan belajar menjalani hidup bersosial. Namun sangat disayangkan, tidak hanya kebiasaan-kebiasaan yang baik saja yang ditiru melainkan juga kebiasaan-kebiasaan buruk, termasuk kebiasaan merokok.
Jika seseorang yang bukan perokok, hidup atau berkerja bersama dengan seorang perokok, secara otomatis salah satunya akan terpengaruh. Mungkin yang bukan perokok mulai mencoba merokok, mungkin juga sebaliknya yang perokok mengurangi konsumsi rokok. Baik disadari maupun tidak disadari, adaptasi tersebut dilakukan untuk berusaha menyesuaikan diri dengan lingkungan dan berusaha untuk diterima di lingkungan sosial-nya.
Berikut ini bahaya merokok secara umum :
1. Timbulnya penyakit kanker (kanker darah, kanker otak, kanker kulit)
2. Terjangkitnya penyakit jantung (kelainan jantung)
3. Timbulnya bercak-bercak di paru-paru (paru-paru berlubang)
4. Penyakit ginjal (karena tidak berfungsinya ginjal)
5. Wajah agak pucat , kaku agak kebiruan
6. Menimbulkan pusing dan sakit kepala
7. Mengganggu konsentrasi
8. Menyebabkan ketagihan
9. Bernapas pendek dan kurang stamina
10. nikotinnya akan memasuki otak dan berpengaruh pada saraf otak, serta menyebabkan jantung bekerja lebih cepat dengan meningkatkan denyut jantung dan tekanan darah.
Menurut Drs. H. Abu Ahmadi menjelaskan Pengertian Prestasi Belajar sebagai berikut: Secara teori bila sesuatu kegiatan dapat memuaskan suatu kebutuhan, maka ada kecenderungan besar untuk mengulanginya. Sumber penguat belajar dapat secara ekstrinsik (nilai, pengakuan, penghargaan) dan dapat secara ekstrinsik (kegairahan  untuk menyelidiki,  mengartikan situasi). Disamping itu siswa memerlukan/ dan harus menerima umpan balik secara langsung derajat sukses pelaksanaan tugas (nilai raport/nilai test) (Psikologi Belajar DRS.H Abu Ahmadi, Drs. Widodo Supriyono 151). Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian prestasi belajar ialah hasil usaha bekerja atau belajar yang menunjukan ukuran kecakapan yang dicapai dalam bentuk nilai. 
Tentulah para remaja menginginkan prestasi belajar yang tinggi tentunya agar cita-cita mereka dapat terwujud dan bisa membahagiakan orang tua. Para remaja menginginkan nilai setinggi-tingginya  nilai yang dapat mereka capai.
Namun dengan mereka merokok mungkin keinginan remaja itu dapat tidak terwujud. Itu bisa terjadi karena si remaja telah kecanduan atau mengalami ketergantungan merokok, disaat melakukan kegiatan belajar misal mengerjakan tugas sekolah atau kuliah, akan ada jeda waktu untuk berpikir karena mengalami kesulitan atau cukup waktu untuk menulis atau menjawab, buat perokok aktif terutama biasanya akan merokok disaat seperti itu, dari hal tersebut terjawab sudah bahwa disaat tidak merokok, perokok akan mengalami stress ringan atau agak berat.
Yang lainnya seperti dalam proses belajar mengajar disekolah atau dikampus, para remaja yang merokok mempunyai kecenderungan mempunyai daya konsentrasi yang rendah akibat banyak racun rokok yang masuk ke dalaam otak, akhirnyapun banyak pelajaran yang tidak masuk dalam proses penerimaan ilmu tersebut. Belum lagi apabila remaja itu mempunyai nafas yang pendek dan pusing juga karena efek negatif dari rokok, tentunya itu sangat berpengaruh bagi daya serap otak remaja terhadap pelajaran. Secara langsung efeknya adalah menurunnya prestasi belajar para remaja sekolah itu.
Para remaja pasti tidak menginginkan itu semua terjadi dalam hidupnya. Tentunya itu semua hanya dapat dicegah dengan cara menghilangkan kebiasaan merokok remaja itu sendiri. Walau awalnya mungkin itu terlihat susah tetapi ini harus dilakukan demi kebaikan remaja itu sendiri. Para remaja yang merokok, terlebih khususnya bagi yang sudah kecanduan dapat mengurangi sedikit demi sedikit kecanduannya itu. Salah satu caranya mungkin bila ada keinginan merokok muncul gantilah aktivitas merokok itu dengan permen atau makanan ringan lain untuk dikunyah atau mungkin juga para remaja dapat menghindari situasi atau lingkungan yang biasanya mengambil satu batang rokok. Tetapi apabila merokok hanya digunakan hanya sebagai untuk penenang saja,sebaiknya para remaja harus mencoba untuk mencari cara lain untuk mencapai efek yang sama. Aktif dalam kegiatan olahraga atau kegiatan di luar ruangan bisa mengurangi perasaan depresi

Bab III
PENUTUP
KESIMPULAN
Para remaja sebaiknya dapat membangkitkan kesadaran tentang bahaya merokok, kecanduan rokok, dampaknya terhadap prestasi belajar mereka di sekolah. Kebiasaan merokok sangat mengganngu bagi aktivitas otak mereka dalam proses belajar. Mulailah dari sekarang menghentikan aktivitas merokok, agar prestasi belajar semakin meningkat, masa depan cerahpun dapat dicapai dengan keadaan jasmani yang sehat tanpa adanya rokok.


DAFTAR PUSTAKA
1. http://jeniuspemalas.blogspot.com/2009/06/bahaya-merokok-untuk-pelajar.html
2. http://religiao.centralblogs.com.br/post.php href=bahaya+rokok+bagi+pelajar&KEYWORD=26525&POST=3933256
3. episentrum.com/search/hubungan%20antara%20merokok%20dengan%20prestasi%20belajar/

Makalah Persepsi

Pengertian Persepsi

Dilihat dari berbagai sumber, persepsi diartikan sebagai proses dengan mana kita menjadi sadar akan banyaknya stimulus yang mempengaruhi indra kita. Persepsi adalah proses mental yang terjadi pada diri manusia yang akan menunjukkan bagaimana kita mendengar, melihat, merasakan, dan meraba disekitar kita dengan indera.
Menurut William James, persepsi adalah pengalaman yang terbentuk berupa data-data yang di dapat melalui indera, dan merupakan hasil pengolahan otak dan ingatan. Sedangkan menurut penulis, persepsi adalah sebuah proses berpikir yang ditangkap oleh alat indera yang berasal dari lingkungan sebagai wujud hasil pengolahan otak dengan ingatan.
 Proses Terbentuknya Persepsi

Disini penulis akan membahas berbagai hal yang sangat erat kaitannya dengan bagimana persepsi itu terjadi, proses yang mempengaruhi persepsi dan atribusi (attribution).

1. Proses persepsi
Proses terjadi karena adanya stimulus yang merangsang untuk ditangkap oleh panca indra, merangsang dalam arti menarik, kemudian stimulus yang berupa objek tersebut dibawa ke otak dan terjadi adanya kesan atau jawaban (respon) sebagai hasil kerja indra berupa persepsi.
Proses persepsi ini memerlukan perhatian, yakni konsep yang diberikan pada proses yang menseleksi input-input tertentu untuk diikut sertakan dalam suatu pengalaman yang kita sadari dalam waktu tertentu.

Penulis dapat mengilustrasikan bagaiman persepsi bekerja dengan menjelaskan berbagai langkah yang terlibat dalam proses ini. Tahap-tahap ini tidaklah saling terpisah benar namun dalam kenyataan ketiganya bersifat kontinyu, bercampur baur dan bertumpah tindih satu dengan yang lain.
Tahap tersebut ialah:

a. Terjadinya Stimulasi Alat Indra (Sensory Stimulation)
Pada tahap pertama alat-alat indra distimulasi (dirangsang), misalnya mendengar suara musik, meskipun kita memiliki kemampuan pengindraan untuk merasakan stimulus, kita tidak selalu menggunakannya. Sebagai contoh, bila anda melamun di kelas, anda tidak mendengar apa yang dikatakan guru sampai dia memanggil nama anda, barulah anda sadar. Ini merupakan contoh yang jelas bahwa kita akan menangkap apa yang bermakna bagi kita dan tidak menangkap apa yang kelihatannya tidak bermakna bagi kita.

b. Stimulasi Terhadap Alat Indra Diatur.
Pada tahap kedua, rangsangan terhadap alat indra diatur menurut berbagai prinsip. Salah satunya adalah prinsip proksimitas (proximity), atau kemiripan yaitu orang atau pesan yang secara fisik mirip satu sama lain dipersepsikan bersama-sama, atau sebagai satu kesatuan (unit). Contohnya kita mempersepsikan orang yang sering kita lihat bersama-sama sebagai satu unit (sebagai satu pasangan).
Prinsip yang lain yaitu kelengkapan (closure), kita memandang atau mempersepsikan suatu gambar atau pesan yang dalam kenyataannya tidak lengkap sebagai gambar atau pesan yang lengkap. Contohnya, kita mempersepsikan potongan lingkaran sebagai lingkaran penuh meskipun sebagian dari gambar itu tidak ada. Kita akan melengkapi pesan yang kita dengar dengan bagian-bagian yang tampaknya logis untuk melengkap pesan itu. Kemiripan dan kelengkapan hanyalah dua diantara banyak prinsip pengaturan yang akan kita singgung.

c. Stimulasi Alat Indra Ditafsirkan-Dievaluasi.
Langkah ketiga dalam perceptual adalah penafsiran-evaluasi. Langkah ketiga ini merupakan proses subyektif yang melibatkan evaluasi di pihak penerima. Penafsiran-evaluasi kita tidak semata-mata didasarkan pada rangsangan luar, melainkan juga sangat dipengaruhi oleh pengalaman masa lalu, kebutuhan, keinginan, sistem nilai, keyakinan tentang seharusnya, keadaan fisik dan emosi pada saat itu, dan sebagainya yang ada pada kita.
Banyak peluang bagi penafsiran mendapatkan pengaruh yang beragam. Walaupun kita semua menerima sebuah pesan, cara orang-orang menafsirkan dan mengevaluasinya tidaklah sama. Penafsiran-evaluasi ini juga akan berbeda dari satu orang yang sama dari waktu ke waktu. Suara musik pop-rock bagi seseorang mungkin terdengar hingar bingar namun bagi sebagian orang itu mungkin terdengar sebagai musik yang indah.
Perbedaan individu ini janganlah sampai membutakan kita akan validitas beberapa generalisasi tentang persepsi. Meskipun generalisasi ini belum tentu berlaku untuk seseorang tertentu, tampaknya ia berlaku untuk sebagian cukup besar orang.

2. Proses yang mempengaruhi persepsi
Kita akan mempelajari 6 proses utama yang mempengaruhi persepsi. (Cook, 1971; Rubin,1973; Rubin dan McNeil, 1985) Teori kepribadian implisit (implicit personality theory), ramalan yang terpenuhi dengan sendirinya (self-fulfilling prophecy), aksentuasi perseptual (perceptual accentuation), primasi resensi (primacy-recency), konseisten (consistency), dan setereotiping (stereotyping).

a. Teori kepribadian implicit.
Ketika kita membaca pernyataan-pernyataan singkat berikut ini. Karakteristik dalam tanda kurung yang kelihatannya paling cocok untuk melengkapi kalimat tersebut akan muncul dengan sendirinya dari persepsi kita:
John bergirah, memiliki rasa ingin tahu yang besar, dan (cerdas, kurang cerdas)
Joe periang, lincah, dan (langsing, gemuk)
Jane menarik, cerdas, dan (disukai, dibenci)

Kata tertentu tampaknya benar dan lainnya kelihatannya salah. Yang membuatnya kelihatan benar adalah teori kepribadian implisit, sistem aturan yang mengatakan bahwa seseorang yang bergairah mempunyai rasa ingin tahu yang besar pasti juga cerdas. Tentu saja, tidak ada alasan logis untuk mengatakan bahwa orang yang tidak cerdas tidak dapat bergairah dan mempunyai rasa ingin tahu yang besar.

“Efek halo” yang banyak dikenal merupakan fungsi dari teori kepribadian imlpisit kita. Jika kita percaya bahwa seseorang mempunyai sejumlah kualitas positif, kita menyimpulkan bahwa ia juga mempunyai kualitas positif yang lain. “Efek halo terbalik” juga ada. Jika kita tahu bahwa seseorang memiliki kualitas negative, kita cenderung menyimpulkan bahwa orang itu memiliki kualitas negative yang lain.

Hambatan potensial, dua hambatan serius terhadap persepsi yang akurat seringkali timbul bila seseorang menerapkan teori kepribadian implicit:
• Mempersepikan kualitas-kualitas dalam diri seseorang menurut “teori” seharusnya dimilikinya, padahal kenyataannya tidak demikian.
• Mengabaikan karakteristik atau kualitas yang tidak sesuai dengan teori ini.
b. Proses ramalan yang terpenuhi dengan sendirinya
Ramalan yang terpenuhi dengan sendirinya terjadi bila kita membuat perkiraan atau merumuskan keyakinan yang menjadi kenyataan karena kita meramalkannya dan bertindak seakan-akan itu benar. 
Ada empat langkah dasar dalm proses ini:
1. Kita membuat prediksi atau membuat keyakinan tentang seseorang atau situasi. Misalnya kita meramalkan bahwa si A adalah orang yang cangggung dalam hubungan antar pribadi.
2. Kita bersikap kepada orang atau situasi tersebut seakan-akan ramalan atau keyakinan kita benar. Misalnya, di depan si A kita bersikap seakan-akan dia memang orang yang canggung.
3. Karena kita bersikap demikian (seakan-akan keyakian kita benar), ia menjadi kenyataan. Misalnya, karena cara kita bersikap di depan si A, maka dia menjadi tegang dan “salah-tingkah” dan menunjukkan kecanggungan.
4. Kita mengamati efek kita terhadap seseorang atau akibat terhadap situasi, dan apa yang kita saksikan memperkuat keyakinan kita. Misanya, kita menyaksikan kecanggungan si A, dan ini memperkuat keyakinan kita bahwa ia merupakan orang yang canggung.

Efek Pigmalion (Pygmalion Effect). Merupakan contoh yang termasyhur tentang ramalan yang terpenuhi dengan sendirinya (Rosenthal & Jacobson, 1968; Jamieson, Lydon, Stewart, & Zanna, 1978). Dalam sebuah penelitian tentang efek ini, guru-guru diberitahukan bahwa beberapa murid tertentu diperkirakan berprestasi luar biasa—bahwa mereka hanya terlambat muncul. Para peneliti sebenarnya memilih nama-nama murid ini secara acak saja. Murid-murid yang namanya terpilih ternyata memang berpretasi lebih baik dari pada murid yang lainnya. Harapan dari pra guru ungkin membangkitkan perhatian ekstra pada murid-murid ini, dan karenanya secara positif mempengaruhi kinerja mereka.

Hambatan potensial, ramalan yang terpenuhi dengan sendirinya dapt menimbulkan sua hambatan. Kecenderungan kita untuk memenuhi sendiri ramalan kita dabat meyebabkan kita:
• Mempengaruhi perilaku orang lain sehingga sesuai dengan ramalan kita.
• Melihat apa yang diramalkan ketimbang apa yang sebenarnya.
c. Aksentuasi Perseptual

“Tiada rotan akar pun jadi” adalah pepatah yang banyak kita jumpai dalam komunikasi. Untuk menjadi calon actor, peran sekecil apapun dan seperti apapun dalam sebuah film lebih baik dari pada tidak sama sekali. Proses ini yang dinamai aksentuasi perceptual, membuat kita melihat apa yang kita harapkan dan kita inginkan.

Dalam penelitian yang dilaporkan oleh Zick Rubbin (1973), mahasiswa-mahasiswa ria ikut serta dalam penelitian yang mereka angggap sebagai dua penelitian yang terpisah dan tidak berkaitan satu sama lain. Padahal sebenarnya keduanya adalah dua bagian dari eksperimen tunggal. Pada bagian pertama, masing-masing responden membaca sebuah bacaan. Setengah responden membaca bacaan yang merangsang. Setengahnya lagi membaca kisah tentang burung-burung camar di lautan. Pada bagian kedua dari eksperimen ini, responden diminta untuk menilai mahasiswi berdasarkan foto dan deskripsi diri mahasiswi ini. Seperti diduga, kelompok yang membaca bacaan yang merangsang menilai mahasiswi itu sebagai lebih menarik ketimbang kelompok yang lain. Selanjutnya responen yang mengharapkan berkencan dengan mahasiswi menilainya sebagai lebih reseptif seksual dari pada responden yang di beri tahu bahwa mereka akan diminta untuk berkencan dengan mahasiswi yang lain. Walaupun eksperimen itu secara dramatis mendemonstrasikan aksentuasi perceptual, proses umum yang sama terjadi setiap hari, yaitu orang yang haus melihat bayangan air (fatamorgana).

Hambatan potensial
• Mendistorsikan persepsi kita mengenai realitas, membuat kita melihat apa yang yang kita butuhkan atau inginkan dari pada pada kenyataan yang ada, dan tidak melihat apa yang tidak ingin kita lihat.
• Menyaring atau mendistorsi informasi yang mungkin merusak atau mengancam citra diri kita dan dengan demikian sangat mempersulit upaya peningkatan diri.
• Memandang orang lain memiliki karakteristik atau kualitas negatif yang sebenarnya ada pada diri kita—psikoanalisis mekanisme defenif (defense mechanism) menamai ini proyeksi.
• Melihat dan mengingat kualitas atau karakteristik positif lebih dari pada yang negatif (dinamai efek poliana), dan dengan demikian mendistorsi persepsi kita tentang orang lain.
• Merasakan perilaku tertentu dari orang lain sebagai menunjukkan bahwa ia ingin menyukai kita hanya karena sebenarnya kita ingin disukai.

d. Primasi-Resensi
Dalam penelitian awal tentang efek primasi-resensi pada presepsi antar pribadi, Solomon Asch (1946) membacakan daftar ajektif (kata sifat) yang menguraikan seseorang di depan sekelompok responden dan menjumpai bahwa pengaruh urutan sangat penting. Orang yang dilukiskan sebagai “cerdas, tekun, implusif, kritis, keras kepala, dan dengki’ dinilai lebih positif dibandingkan dengan orang yang dilukiskan sebagai “dengki, keras kepala, kritis, implusif, tekun, dan cerdas”.
Implikasi disini adalah bahwa kita menggunakan informasi yang datang lebih dulu untuk mendapatkan gambaran umum seperti apa gambaran itu. Kemudian kita menggunakan informasi yang datang belakangan untuk membuat gambaran umum ini lebih spesifik.
Implikasi praktis dari efek primasi-resensi ini adalah bahwa kesan pertama yang tercipta tampaknya paling penting. Melalui kesan pertama ini, orang lain akan menyaring tambahan informasi untuk merumuskan gambaran tentang seseorang yang mereka persepsikan.

Hambatan potensial.
• merumuskan gambaran “menyeluruh” tentang seseorang berdasarkan kesan awal yang belum tenu akurat.
• Mendistorsi persepsi yang akan datang kemudian untuk merusak kesan pertama kita. Sebagi contoh, anda mungkin tidak memperhatikan tanda-tanda kecurangan yang telah memberikan kesan pertama yang baik.

e. Konsistensi
Seseorang menpunyai kecenderungan yang kuat untuk menjaga konsistensi atau keseimbangan diantara persepsi-persepsinya. Konsisten menggambarkan kebutuhan untuk melihat keseimbangan di antara sikap-sikap yang dimiliki. Kita akan memperkirakan bahwa hal-hal tertentu selalu muncul bersama-sama dan hal-hal lain tidak akan muncul bersama-sama.
Menurut kebanyakan teori konsistensi, harapan kita akan muncul bersama-sama sebagai berikut :
1. Kita berharap seseorang kita sukai menyukai
2. Dan orang yang tidak kita sukai untuk tidak menyukai kita
3. Kita berharap seorang teman akan menyukai teman kita yang lain
4. Dan tidak menyukai musuh kita
5. Kita berharap musuh kita tidak menyukai teman kita
6. Dan menyukai musuh kita yang lain

Konsistensi dapat menimbulkan hambatan utama :
• Mengabaikan atau mendistorsi persepsi tentang perilaku yang tidak konsestensi dengan gambaran kita mengenai seseorang secara utuh.
• Mempersepsikan perilaku spesifik sebagai terpancar dari kualitas positif orang yang kita sukai dan dari kualitas orang yang tidak kita sukai. Oleh karenanya kita tidak mampu melihat perilaku positif maupun negative.
• Melihat perilaku tertentu sebagai positif jika perilaku yang lain ditafsirkan sebagi positif (efek halo) atau sebagai negative jika perilaku yang lain diafsirkan secara negatif (efek halo terbalik).

f. Stereotiping
Jalan pintas yang sering digunakan dalam persepsi adalah stereotyping. Awal mulanya stereotype adalah istilah dalam bidang percakapan yang mengacu pada suatu pelat yang mencetak citra (gambar atau tulisan) yang sama berulang-ulang.
Misal : jika kita berjumpa dengan seorang tuna susila, kita akan menganggap bahwa semua ciri yang dimilki kelompok tuna susila dimiliki pula oleh orang lain. Lebih rumit lagi kita mungkin melihat dalam perilaku orang ini manifestasi dari berbagai karakteristik yang tidak akan kita lihat kalau saja kita tidak tahu bahwa orang ini adalah tuna susila. Stereotype mendistorsi kemampuan kita untuk mempersepsikan orang lain secara akurat. Stereotipe menghalangi kita untuk melihat seseorang sebagai seseorang dan bukan sekedar sebagai anggota suatu kelompok.
Stereotype dapat menimbulkan hambatan utama kecenderungan kita untuk mengelompokkan orang ke dalam kelas-kelas dan bereaksi terhadap seseorang terutama sebagai anggota kelas-kelas ini dapat membuat kita :
• Mempersepsikan seseorang seakan-akan memiliki kualitas-kualitas tertentu (biasanya negative yang kita yakini merupakan cirri kelompok di mana ia menjadi anggotanya (misalnya, semua orang di bawah nauangan bintang Venus bersifat malas) dan karenanya tidak mampu mengenali sifat multiaspek dari semua orang dan semua kelompok.
• Mengabaikan ciri khas yang dimilki seseorang dan karenanya tidak mampu menarik manfaat dari kontribusi khusus yang dapat diberikan setiap pihak dalam suatu perjumpaaan.
3. Membuat Persepsi Lebih Akurat
Efektivitas komunikasi dan hubungan bergantung sebagian besar pada keakuratan kita dalam persepsi antarpribadi. Kita dapat meningkatkan akurasi kita dengan :
1. Startegi untuk mengurangi ketidakpastian
Asumsi umum yang digunakan di sini ialah bahwa komunikasi merupakan proses bertahap gradual di mana orang saling mengurangi ketidakpastian tentang yang lain. Dengan tiap-tiap interaksi anda semakin mengenal pihak lain dan secara beranggsur-angsur mulai mengenal orang itu pada tingkat yang lebih bermakna. Charles Berger dan James Bradac (1982) mengidentifikasi 3 strategi utama untuk mengurangi ketidakpastian : strategi pasif, aktif dan interaktif.
 Strategi pasif
Strategi mengamati orang lain tanpa orang itu sadar bahwa dia sedang kita amati dan kita menerapkan strategi pasif.
 Strategi aktif
Strategi yang aktif mencari informasi tentang seseorang dengan cara apa pun selain berinteraksi dengan orang itu, kita menerapkan strategi aktif. Kita memanipulasi lingkungan dengan cara tertentu sehingga kita dapat mengamati seseorang secara lebih spesifik dan jelas. Wawancara lamaran pekerjaan, menonton teater, atau mengajar mahasiswa merupakan contoh-contoh cara di mana orang memanipulasi situasi untuk melihat bagaimana seseorang mungkin beraksi dan bereaksi, dengan demikian mengurangi ketidakpastian tentang orang itu.
 Strategi interaktif
Strategi dengan berinteraksi dengan seseorang, kita menerapkan strategi interaktif.
 Peran Persepsi
Persepsi memiliki beberapa peran diantaranya
1. Menilai suatu keadaan dan mengenali apa yang tengah kita amati
2. Bertindak sesuai dengan rangsangan yang tertangkap oleh indra
 Dampak Perbedaan Persepsi
Persepsi yang merupakan bentuk hasil berpikir bisa saja berbeda antara orang satu dengan yang lainnya. Perbedaan ini biasanya disebabkan oleh perbedaan pengalaman yang pernah dirasakan setiap orang. Misalnya saja bagi si A ketika melihat temannya tertunduk sambil memegang kepala sudah menunjukkan bahwa teman tersebut pusing. Tapi berbeda dengan si B yang memendang bahwa teman tersebut sedang berpikir keras.
Perbedaan persepsi ini akan berdampak pada perbedaan perlakuan yang akan kita tunjukkan atau respon kita. Selain hal ini dampak lain misalnya timbulnya konflik karena perbedaan respon.
Upaya menyelaraskan Persepsi
Di samping menghindari hambatan-hambatan potensial dalam berbagai proses persepsi yang di kemukakan sebelumnya dan menerapkan ketiga strategi untuk mengurangi ketidakpastian serta menyelaraskan persepsi. Beberapa saran yang akan membantu :
1. Sebaiknya kita mencarilah berbagi petunjuk yang menunjuk kearah yang sama. Makin banyak petunjuk perceptual yang menuju ke arah yang sama, makin besar kemungkinan kesimpulan kita benar
2. Berdasarkan pengamatan kita atas perilaku, maka dapat kita rumuskan hipotesis
3. memperhatikan petunjuk-petunjuk yang kontradiktif, petunjuk yang akan menolak hipotesis awal
4. Jangan menarik kesimpulan sampai kita memiliki kesempatan untuk memproses beragam petunjuk
5. Ingat bahwa betapa pun banyaknya perilaku yang kita amati dan betapa pun cermatnya kita meneliti perilaku ini, kita hanya dapat menduga apa yang ada dalam benak orang lain
6. Jangan menganggap orang lain seperti kita, berpikir seperti cara kita berpikir atau bertindak seperti yang kita lakukan, menyadari keragaman manusia
7. Waspada terhadap bias kita sendiri sebagai contoh hanya menerima hal-hal positif pada diri orang yang anda sukai dan hanya menerima hal-hal yang negative pada diri orang yang tidak kita sukai.
 Kesimpulan
Persepsi adalah pengalaman yang terbentuk berupa data-data yang di dapat melalui indera, dan merupakan hasil pengolahan otak dan ingatan
Proses Terbentuknya Persepsi
- Proses persepsi
- Proses yang mempengaruhi persepsi
- Membuat Persepsi Lebih Akurat
Peran Persepsi
1. Menilai suatu keadaan dan mengenali apa yag tengah kita amati
2. Bertindak sesuai dengan rangsangan yang tertangkap oleh indra
Dampak Perbedaan Persepsi
Perbedaan persepsi akan berdampak pada perbedaan perlakuan yang akan kita tunjukkan atau respon kita. Selain hal ini dampak lain misalnya timbulnya konflik karena perbedaan respon.
 Saran
Makalah ini kuranglah dari sempurna, jadi kami mohon saran dan kritiknya demi kesempurnaan makalah ini. Terima kasih.

Pendapat Saya tentang Antropologi

Menurut saya , antropologi adalah ilmu yang sangat menarik karena mengkaji aspek-aspek kehidupan sosial masyarakat baik aspek sosial ,apek budaya ,aspek politik dan lain-lain.Dari artikel diatas saya berpendapat bahwa Antropologi adalah ilmu yang mempelajari tentang fenomena-fenomena dalam masyarakat yang kadang luput dari perhatian masyarakat lain .Fenomena tersebut menjadi bahan yang menarik untuk antropologi.
                Antropologi juga perlu adanya penelitian-peneitian  untuk mengetahui suatu fenomena yang terjadi dalam masyarakat .Penelitian ini juga terdapat beberapa kendala-kendala salah satunya adalah pendanaan .Andai saja dana itu cukup maka mungkin penelitian bejalan dengan baik dan menghasilkan  suatu laporan dan kesimpulan .
                Kebanyakan orang mengenal antropologi hanyalah ilmu yang mempelajari tentang manusia saja.Padahal lebih dari itu Antropologi juga mempelajari hal-hal lain seperti kebudayaan ,etnis ,suku ,bahasa dan lain-lain.Mungkin penyebabnya karena Antopologi tidak menjadi mata pelajaran di SMA khususnya IPS.Seharusnya Antropologi menjadi mata pelajaran di IPS jangan cuma ada di bahasa .
                Dari artikel di atas juga saya berpendapat bahwa Antropoogi adalah ilmu yang selalu berkembang dari dulu hingga sekarang .Antropologi bukan merupakan ilmu yang stagnan melainkan Antropologi adalah imu yang selalu berkembang dari dahulu sampai sekarang mengikuti kemajuan jaman dan kemajuan masyarakat sebagai kajiannya .
                Pada awal kemunculan Antropologi para ahli hanya mengamati ciri fisik manusia saja .Tetapi Antropologi sekarang cakupannya lebih luas dan terus mengalami perkembangan yang cukup pesat .Walaupun pada awalnya Antropologi berkembang hanya di kawasan eropa saja namun ,Antropologi sekarang kajianya sudah mencakup hampir masyarakat dunia.Meskipun Antropoogi termasuk ilmu yang masih muda di antara ilmu-ilmu lain tetapi,Antropologi menjadi sangat menarik untuk di pelajari karena masih banyak fenomena-fenomena yang terjadi di dalam masyarakat.
                Antropologi juga menuntut untuk menjadi masyarakat yang toleran dan menghargai perbedaan atau keragaman antara yang satu dengan yang lain .Karena banyak perbedaan-perbedaan yang terdapat di dalam masyarakat baik seacara fisik maupun non fisik.Perbedaan menjadi bahan yang menarik bagi Antropologi,Semakin banyak perbedaan maka semakin banyak pula kajian Antropologi.
                Antropologi di Indonesia pada mulanya tidak di pelajari di perguruan tinggi.  Namun,seiring berjalannya waktu Antropologi sekarang menjadi jurusan sendiri di perguruan tinggi.Universitas Indonesia (UI)adalah universitas pertama yang membuka jurusan Antropologi.Tetapi,sekarang sudah banyak perguruan tinggi yang membuka jurusan Antropologi seperti UGM,UNDIP,UNPAD,dan lain-lain.Hal ini menunjukan bahwa Antropologi di Indonesia sudah berkembang cukup pesat secara pembelajarannya yang pada awalnya hanya ilmu yang dianggap sebelah mata menurut sebagian orang sekara ng telah menjadi salah satu jurusan favorit di perguruan tinggi tersebut.