Cari Disini

Senin, 05 Agustus 2013

Gunung kelud mempesona tapi mematikan




Gunung Kelud merupakan gunung api yang memiliki eksotika alam yang menakjubkan, tetapi dalam catatan sejarah, gunung api ini juga menjadi salah satu yang sering meletus. Seperti apa?

Gunung Kelud merupakan gunung
api strato andesitik yang
tergolong masih aktif, terletak di
Jawa Timur. Letusan 1586
merupakan letusan yang paling
banyak menimbulkan korban jiwa
yaitu sebanyak 10.000 orang
meninggal. Selama abad 20 telah
terjadi 5 kali letusan masing
masing pada tahun 1901, 1919,
1951, 1966 dan 1990.

1. Letusan tahun 1901

Letusan Gunung Kelud terjadi
pada tengah malam antara
tanggal 22 dan 23 Mei 1901.
Letusan pertama terjadi sekitar
pukul satu malam. Selama dua jam
aktivitas erupsi semakin
meningkat dan pada pukul 03.00
letusan utama terjadi. Asap
letusan pekat membumbung dari
kawah Kelud, kemudian hujan
lapilli mulai terjadi di sekitar Kelud.
Setelah lapilli jatuh, diikuti dengan
debu basah dan lumpur.

Diperkirakan terdapat volume air
danau kawah sekitar 38 juta
meter kubik sebelum letusan.
Material padat yang dilemparkan
gunung Kelut selama letusan kira-
kira 200 juta meter kubik. Korban
jiwa cukup banyak namun
informasi tentang jumlahnya
tidak jelas.

2. Letusan tahun 1919

Letusan tahun 1919 merupakan
bencana terbesar yang dihasilkan
oleh aktivitas gunung Kelut pada
abad ke 20, yang mengakibatkan
sekitar 5160 orang meninggal.
Letusan terjadi pada tengah
malam antara tanggal 19 dan 20
Mei 1919 yang ditandai dengan
suara dentuman amat keras
bahkan terdengar sampai di
Kalimantan.

Sekitar pukul 01.15, terdengar suara gemuruh yang sangat keras dari arah gunung Kelut. Beberapa saat kemudian hujan abu mulai turun. Selain hujan abu, di daerah perkebunan di lereng Kelut terjadi hujan batu dan kerikil. Di Darungan hujan batu cukup hebat sehingga sebagian besar atap rumah hancur.

Hujan abu menyebar akibat tiupan angin terutama ke arah timur. Di Bali hujan abu terjadi pada tanggal 21 Mei 1919. Dari perhitungan endapan abu dapat ditaksir bahwa sekitar 284 juta meter kubik abu terlemparkan, jumlah ini setara dengan sekitar 100 juta meter kubik3 batuan andesit.

Secara keseluruhan diperkirakan
190 juta meter kubik material
telah keluar dari perut gunung
Kelud.
Sekitar pukul 01.30 aliran lahar
yang merupakan campuran dari
air panas, lumpur, pasir, batu-
batuan memasuki kota Blitar
menciptakan kehancuran yang
hebat. Kecepatan lahar yang
mengalir di kota Blitar sekitar 18
m/detik atau sekitar 65 km/jam.
Jarak maksimum aliran lahar
primer mencapai 37,5 km
(dihitung dari puncak Kelut).

Letusan 1919 ini mengakibatkan
104 desa rusak berat, kerusakan
sawah, tegal, pekarangan dan
perkebunan kopi, tebu dan ketela
mencapai 20.200 bau (5050
hektar) dan membunuh sebanyak
1571 ekor hewan ternak.

3. Letusan tahun 1951

Dua kali gempa terasa terjadi
sekitar 3 minggu sebelum letusan.
Letusan terjadi pada tanggal 31
Agustus 1951. Pukul 06.15 terlihat
asap tebal berwarna putih keluar
dari puncak Kelut. Makin lama
makin besar dan disertai dengan
suara gemuruh. Beberapa saat
kemudian, sekitar pukul 06.30,
terdengar suara letusan. Sesaat
terlihat asap tebal kehitaman
membumbung dari kawah Kelut
condong ke selatan. Sekitar 4
suara dentuman terdengar dari
Wlingi.

Tiga puluh menit kemudian di
Margomulyo terjadi hujan batu
sebesar buah mangga dan abu.
Informasi dari Candisewu
menyebutkan hujan batu yang
berlangsung sekitar 1 jam,
disamping itu juga terasa gempa
sebanyak 2 kali. Abu tercatat
turun sampai di Bandung.
Pengamatan menyebutkan bahwa
pada saat letusan terjadi angin
kencang ke arah barat.

Diperkirakan sekitar 200 juta
meter kubik material dilontarkan
selama letusan.
Sebanyak 7 orang meninggal, tiga
diantaranya adalah pegawai Dinas
Vulkanologi. Sedangkan yang luka-
luka sebanyak 157 orang. Sekitar
320 hektar areal perkebunan dan
kehutanan rusak.

4. Letusan Tahun 1966

Letusan terjadi pada tanggal 26
April 1966 pukul 20.15 yang
menyebabkan terjadinya lahar
pada alur K.Badak, K.Putih,
K.Ngobo, K.Konto, dan K.Semut.
Korban manusia berjumlah 210
orang di daerah Jatilengger dan
Atas Kedawung. Letusan ini
menghasilkan tephra sekitar 90
juta meter3.

5. Letusan tahun 1990

Letusan terjadi pada tanggal 10
Februari 1990. Letusan terjadi
secara beruntun mulai pukul 11.41
sampai 12.21 wib. Tahap awal dari
letusan merupakan fase
freatomagmatik yang
mengakibatkan sebaran abu tipis
di sekitar puncak, sedangkan
letusan berikutnya lebih besar
dengan lemparan pasir, lapilli, dan
batu yang tersebar pada radius
3,5 km2.

Kerusakan rumah penduduk dan fasilitas publik pada umumnya disebabkan oleh hujan abu tersebut. Sekitar 500 rumah dan 50 gedung sekolah rusak, kerusakan terjadi dalam isopach 10 cm yaitu pada jarak maksimum sekitar 15 km dari puncak, korban manusia tercatat 32 orang.



Artikel Terkait

Tidak ada komentar:

Posting Komentar