Pemerintah
Kabupaten Brebes berencana mengganti nama Kompleks Stadion Karang
Birahi. Sebab, nama stadion di wilayah Kelurahan Brebes, Kecamatan
Brebes, itu dinilai bisa mengundang masalah dan perdebatan.
Bupati Brebes, Idza Priyanti, menegaskan hal itu saat membuka Brebes
Expo di Stadion Karang Birahi, Senin, 26 Agustus lalu. "Nama Karang
Birahi bisa diganti dengan nama Karang Brah atau nama lain yang lebih
pas," katanya.
Kepala Bagian Humas dan Protokoler Sekretariat
Daerah Brebes, Atmo Tan Sidik, membenarkan rencana itu ketika
dikonfirmasi Tempo, Rabu, 28 Agustus. "Ini dikaji serius," katanya.
Menurut Atmo, nama Karang Birahi bermula dari cerita rakyat (folklor)
yang diwariskan secara turun-temurun. Foklor itu mengisahkan percintaan
seekor kuda gambir dengan penari ronggeng. Kecantikan sang ronggeng
disebut-sebut amat mempesona sampai seekor kuda pun jadi timbul birahi.
Ronggeng itu kini dipercaya dimakamkan di wilayah Karang Birahi.
Atmo memastikan penggantian nama stadion itu bukan bermaksud untuk
menghilangkan kebudayaan asli Brebes yang telah disebarkan secara lisan
maupun tulisan. Hanya saja, penggunaan nama Stadion Karang Birahi
dikhawatirkan menimbulkan pikiran negatif ketika didengar warga di luar
Brebes.
Sejarawan Brebes, Wijanarto, menilai rencana tersebut
tidak tepat. "Sebenarnya tidak ada masalah jika nama asli itu tetap
dipertahankan," kata Wijanarto. Cerita rakyat tentang percintaan kuda
gambir dan ronggeng itu, kata dia, berlatar waktu sebelum masa Kerajaan
Mataram.
Wijanarto menambahkan, nama Karang Birahi sudah menjadi tetenger (penanda) sejarah lisan dan khazanah folklor Brebes.