Judul : DAN PERANG PUN USAI
Karya : Ismail Marahimin
Tahun : Cetakan Keenam, 2005
Penerbit : Pustaka Jaya
Tebal : 244 Halaman
Bahasa : Indonesia
Kulit Muka : Soft Cover
Dimensi : 14,5 x 21cm
Sinopsis Novel :
Dan Perang pun Usai adalah roman mutakhir Indonesia yang bernilai sastra tinggi. Roman ini adalah salah satu karya dari Ismail Marahimin. Roman ini mendapat hadiah kedua dalam sayembara mengarang roman oleh Dewan Kesenian di Jakarta pada tahun 1977. Dan tahun 1984 mendapat hadiah sastra The Pegasus Prize for Literature yang disponsori pihak perusahaan mobil Amerika. Yakni, mobil Oil Corporation bagi suatu karya sastra bangsa yang bernilai tinggi untuk diperkenalkan ke seluruh dunia.
Roman ini diterbitkan pertama kalinya pada tahun 1982 oleh Penerbit Sinar Harapan.
Tema cerita: Perjuangan dan Revolusi.
Setting Cerita: Teratak Buluh, di daerah Sumatera.
Tokoh-tokoh dan watak:
Gentaro Ose: seorang Kepala Kamp tawanan milik Jepang yang memiliki sifat cukup baik.
Sersan Kiguchi: Dia ialah Wakil Kepala Kamp Tawanan yang memiliki sikap yang bengis kepada para tawanan.
Kliwon: pemuda bangsa Indonesia, bekas Romusha. Dia memiliki sikap rela berkorban dan pantang menyerah.
Wimpie: seorang tawanan bangsa Belanda yang selalu ingin melarikan diri dari kamp tawanan Jepang.
Lena: Anak haji Zen. Dia adalah kekasih Kliwon yang punya misi sama dengan Kliwon.
Van Roscott: seorang tawanan bangsa Belanda. Dia juga seorang pastor.
Haji Zen: tokoh masyarakat Teratak Buluh. Beliau memiliki semangat juang yang tinggi dan rela berkorban.
Pak Tua Hasan: orang pribumi yang ikut membantu pelarian para tawanan.
Ringkasan Cerita:
Dengan hati-hati beberapa tawanan yang berada di Kamp Tawanan, Teratak Buluh milik Jepang merencanakan akan melarikan diri. Namun, rencana pelarian tersebut pertama kali diajukan oleh Wimpie, seorang tawanan dari bangsa Belanda. Hal itu belum mendapat kesepakatan oleh semua tawanan yang berada dalam kamp.
Di antara para tawanan, waktu itu terjadi beda pendapat antara yang pro Wimpie atau setuju hendak kabur dengan kontra pimpinan pastor Van Roscott yang punya firasat bahwa perang segera berakhir. Akibatnya, dalam kamp tersebut di antara para tawanan yang terdiri dari 31 orang Belanda dan 1 orang pribumi bekas romusha yang bernama Kliwon sering terjadi ketegangan-ketegangan.
Letnan Gentaro Ose sebagai pimpinan kamp yang mengepalai sepuluh orang prajurit Jepangnya itu, tidak tahu menahuakan rencana para tawanan Belanda itu.Dari wakilnya, Sersan Kiguchi, dia hanya mendapat laporan-laporan bahwa diantara para tawanan terjadi ketegangan-ketegangan. Namun, penyebab-penyebab ketegangan-ketegangan itu adalah ia sendiri. Dia hanya menduga-duga bahwa pasti akan terjadi dalam Kamp Tawanan, nantinya.
Pihak-pihak yang pro atau kabur itu, kemudian menyusun rencana pelarian itu dengan penuh rinci. Jalan-jalan yang akan dilewati nantinya ditentukan oleh Kliwon. Kliwon sendiri tidak mempunyai hasrat untuk melarikan diri, namun karena aibnya banyak diketahui oleh Wimpie seperti perbuatan maksiatnya dengan anak Haji Zen, yaitu Lena serta perbuatan aib lainnya maka terpaksa dia harus menyetujui rencana Wimpie. Dia takut Wimpie akan menyebarluaskan semuanya itu ke semua orang. Dan kalau itu dilakukan oleh Wimpie, pasti Haji Zen akan marah padanya dan pasti akan malu besar dia terhadap Haji Zen.
Dalam rencana itu, haji Zen bertindak sebagai pembantu menyiapkan persediaan makanan dan segala kebutuhan pelarian yang dibutuhkan. Sedangkan Pak Tua Hasan akan dijadikan sebagai penunjuk jalan untuk menuju sebuah desa terasing, tempat nantinya mereka sembunyi. Akibat kekalahan Jepang di daerah Asia-Pasifik, para komandan Jepang yang berada di Sumatera dipanggil ke Kota Pekanbaru guna mendapat pengarahan dari pusat perhubungan dengan Gentaro Ose, maka pimpinan sementara Kamp Tawanan Teratak diserahkan kepada wakilnya, yakni Sersan Kiguchi.
Di bawah kepemimpinannya, para tawanan dalam kamp tersebut mendapat siksaan yang cukup berat. Mereka diharuskan kerja siang malam. Bagi siapa saja yang melanggar perintahnya, tidak saja dihukum bekerja berat tapi juga disiksa secara fisik dengan pukulan dan tendangan dari prajurit-prajurit Jepang atas perintah Sersan Kiguchi. Kliwon menyaksikan semuanya. Malah ketika dia hendak memasuki kamp sewaktu akan pulang dan kencannya dengan Lena, Kliwon tidak jadi pulang dari kamp. Dia tidur di atas rel kereta api. Hampir saja, Kliwon mati dilindas kereta api paginya, untung saja itu tidak terjadi.
Sementara itu, Letnan Ose menerima pengarahan dari pusat yakni dari Kaisar Jepang bahwa Jepang telah kalah dan menyerah terhadap Sekutu maka seluruh komando diperingatkan agar menjaga tawanan dengan baik sambil menunggu kedatangan tentara Sekutu yang akan menyelesaikan semuanya di Indonesia.
Tiba di Kamp Tawanan Teratak Buluh, Letnan Ose langsung mengumpulkan para prajurit Jepang di halaman Kamp guna menyampaikan pesan dari Kaisar. Rupanya, para tawanan menerjemahkan dengan versi lain. Mereka menganggap bahwa kedatangan prajurit Jepang yang dipimpin langsung oleh Letnan Gentaro Ose tersebut adalah suatu pengarahan pembantaian terhadap para tawanan.
Karena berpikiran begitu, ketika para prajurit Jepang datang, para tawanan itupun melakukan rencana pelarian mereka. Rombongan pelarian itu bertambah satu orang lagi, yakni Lena yang memaksa ikut bersama Kliwon kekasihnya itu. Walaupun sudah diberi nasihat oleh Pak Tua Hasan, namun Lena tetap bertekad ikut. Hal ini dia lakukan, sebab dia tidak rela Kliwon meninggalkannya, padahal Kliwon sudah sering menidurinya. Dia pun tidak mau menikah dengan pemuda lain yang belum dikenalnya dan tidak dicintainya.
Sebelum rombongan ini tiba di tempat tujuan yaitu desa terasing yang telah dijanjikan oleh Kliwon. Namun, rombongan itu berhasil ditemukan oleh prajurit-prajurit Jepang. Dengan segala upaya, para tawanan itu berusaha meloloskan diri dari kepungan prajurit-prajurit Jepang yang dipimpin oleh Letnan Ose dan Sersan Kiguchi. Sayang, nasib sial menimpa Pastor Van Schott, Kliwon dan Lena. Ketiganya tak berhasil meloloskan diri dari kepungan sedangkan tawanan lainnya berhasil meloloskan diri. Ketiga orang ini mati ditembak oleh terpaan peluru-peluru senapan yang dimuntahkan dari sepuluh senapan prajurit Jepang atas komando Letnan Gentaro Ose.
Para tawanan yang telah bebas, kini bisa berbahagia dan bersyukur. Mereka tidak lagi disiksa dan ditindas oleh penjajah. Karena, Indonesia telah menjadi bangsa yang merdeka dan berdaulat tak lama setelah Jepang menyerah kepada Sekutu.
Kelebihan : Ceritanya menarik, mudah dipahami oleh pembaca dan mengandung pelajaran yang disampaikan oleh si penulis untuk si pembaca
Kekurangan : Novel sudah mulai jarang ditemui.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar