Tulisan yang dipakai dalam kesusastraan Jawa adalah Jawa Kuno, sedangkan kesusastraan di Sumatra umumnya ditulis dengan huruf Arab. Hasil karya sastra yang bernapaskan Islam, antara lain buku tasawuf yang ditulis oleh Hamzah Fansyuri, Nur al-Din al-Raniri (Nuruddin ar- Raniri), Abdul al-Rauf, dan Sunan Bonang; buku suluk primbon, pengantar fikih dan tafsir Alquran yang ditulis oleh Abdul al-Rauf.
Bersamaan dengan berkembangnya ajaran tasawuf, muncullah tarekat-tarekat, antara lain tarekat Qadariyah, Naqsyabandiah, Sammaniah, Syattariah, dan Rifa'i. Tarekat ialah jalan atau cara yang ditempuh oleh kaum sufi untuk mendekatkan diri kepada Tuhan. Karya sastra lain yang dihasilkan pada masa Islam, antara lain Babad Tanah Jawi, Babad Cirebon, Sejarah Melayu, Bustanus Salatin, dan Gurindam Dua belas. Dilihat dari corak dan isinya, kesusastraan yang berkembang sejak kedatangan Islam di Indonesia (zaman madya) dapat dibedakan sebagai berikut.
1. Hikayat
Hikayat adalah cerita atau dongeng yang berisi berbagai macam peristiwa sejarah. Keajaiban dan peristiwa yang tidak masuk akal bahkan menjadi bagian terpenting walaupun sering berpangkal pada seorang tokoh sejarah ataupun berkisar pada peristiwa sejarah. Misalnya, Panji Inu Kertapati, Hikayat Amir Hamzah, Hikayat Bayan Budiman, Hikayat Si Miskin, Hikayat Bahtiar, dan Hikayat Hang Tuah.
2. Babad
Babad ialah cerita sejarah yang biasanya lebih berupa
cerita daripada uraian sejarah walaupun yang menjadi pola memang peristiwa
sejarah. Di daerah Melayu, babad dikenal dengan nama sejarah, silsilah
(salasilah), dan tambo. Beberapa kitab babad diberi judul Hikayat, misalnya
Hikayat Raja-Raja Pasai, Hikayat Salasilah Perak, Sejarah Melayu, Babad
Giyanti, Babad Tanah Jawi, dan Sejarah Negeri Kedah.
3.
Suluk
Suluk adalah kitab yang
membentangkan soal tasawuf. Sifatnya panteis (manusia bersatu dengan Tuhan atau
masyarakat Jawa mengenal sebagai manunggaling kawula Gusti). Suluk merupakan
hasil kesusastraan tertua dari zaman madya yang berasal dari atau berhubungan
erat dengan para wali.
Pada zaman madya, muncul
kepandaian pahat memahat menjadi terbatas pada seni ukir hias. Untuk seni hias,
orang mengambil pola berupa daun-daunan, bunga-bungaan (teratai), bukit-bukit
karang, pemandangan dan garis geometri. Sering juga terdapat pada kalamakara
dan kalamarga (yaitu kijang menjadi pengganti makara). Hal itu sebenarnya
kurang sesuai dengan peraturan Islam, namun dapatjuga diterima karena tidak
dirasakan sebagai pelanggaran. Begitu juga dengan gambar-gambar ular naga yang
terdapat di sana-sini. Kedatangan Islam menambah lagi satu pola, yaitu
huruf-huruf Arab. Pola itu seringkali digunakan untuk menyamarkan lukisan
makhluk hidup, biasanya binatang dan bahkan juga untuk gambar wayang.
Sebelum kebudayaan Islam
memasuki wilayah Indonesia, sistem pemerintahan pada kerajaan di Indonesia
mendapat pengaruh budaya Hindu-Buddha. Setelah agama Islam beserta
kebudayaannya masuk dan berkembang di Indonesia, lambat laun berpengaruh
terhadap sistem pemerintahan. Pada saat kedatangan Islam, di Indonesia sudah
berkembang bandar-bandar perdagangan. Agama Islam mengalami perkembangan yang
cepat melalui cara perdagangan sehingga terbentuk masyarakat Islam. Semakin
pesatnya pusat-pusat perdagangan dengan masyarakatnya yang beragama Islam,
berdirilah kerajaan-kerajaan yang bercorak Islam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar