Sejarah panjang Sunda Kalapa, penuh intrik dan pat
gulipat para Penguasa — kaum Ningrat Banten, Pajajaran dan Mataram, dengan
akal-akalan kaum Kolonial Portugis, Inggris dan tentunya Belanda, dengan
organnya pemerintahan VOC. Akhirnya takluk di bawah Kolonialisme.
Tema yang jelas — menjual negeri secara koruptif.
Rakyat tetap saja menjadi korban para Penguasa — kaum Feodal dan Kolonialis.
Berdagang, Hak Pemungutan Pajak dan Cukai. Jual beli tanah untuk pijakan
Kolonialisme.
Portugis yang membawa semangat Perang Salib ke Timur — mendapat
pijakan dengan perjanjian tanggal 21 Agustus 1522 antara Pajajaran dengan
Portugis. Portugis mendapat hak mendirikan benteng di pinggir Sungai
Ciliwung………………….
Portugis, Inggris, dan Belanda bersaing ketat memperebutkan
pengaruh di Banten dan Jakatra — Belanda memperoleh kesempatan di Jakatra, saat
Kapten Jacque L’Hermite, perwakilan perdagangan di Banten, dengan instruksi
Pieter Both, Sang Gubernur Jenderal. Dapat berunding dengan Pangeran Jakatra — berhasil
dapat persetujuan untuk membangun sebuah ‘rumah dari kayu dan batu”.
Itu di bulan Nopember 1610 persetujuan dalam rangka
Pangeran Jakatra memperkuat kedudukan terhadap Kerajaan Banten. Bagi Belanda
itulah kesempatan untuk mengalihkan kekuatan dagangnya dari Banten ke Jakatra.
Tahun 1611 telah berdiri “Nassau Huis” di Jakatra.
Tahun 1618, delapan tahun kemudian — Sultan-sultan
Sunda dan VOC terbelalak matanya — Inggris menunjukkan armada besarnya, yang
berbasis di India, untuk mengancam seluruh kekuatan dari Maluku sampai
kerajaan-kerajaan di Pulau Jawa.
Belanda memperkuat pijakannya di Jakatra — tanpa
menghiraukan Pangeran Jakatra dan keberatan Kraton Mataram Surakarta — Gubernur
Jendral Jan Pieterszoon Coen mengubah “Nassau Huis” menjadi bangunan yang
kokoh, yang lengkap dengan persenjataan senapan musket dan arquebuses,
serta meriam.
“Nassau Huis” dan “Mauritius Huis” dihubungkan dengan
tembok batu, menjadi bangunan persegi empat — yang kemudian dikenal sebagai “Kasteel
Jakatra”.
Kegiatan Belanda memperkuat pertahanannya, ancaman
armada Inggris, dan Anasir Sunda, menarik perhatian Sultan Kerajaan Banten.
Sultan Banten hanya tertegun ketika mengetahui kecepatan pembangunan benteng
Belanda — dilengkapi 40 meriam besar.
Tahun 1619 Jan Pieterszoon Coen tanpa ragu-ragu,
menabalkan bahwa kota itu bernama Batavia — mengabadikan nama salah satu
Suku Orang Belanda di tanah Nederland (Negeri Londo).
Memang Orang Belanda mempunyai suku asal, sejak
Sebelum Kekuasaan Romawi, 12 tahun BC, kira-kira 2024 tahun silam —
mereka mempunyai Suku Batavi dan Suku Frisians.
Pada salah satu Sensus Hindia Belanda, mereka
menetapkan penduduk Suku Sunda, Banten, Melayu — dan berbagai perantau
Minangkabau, Batak, Bugis, Ambon, dan siapa saja yang bermukim di Batavia — tergolong
Penduduk Batavi (baca, Betawi).
Melihat Sejarah ke belakang. Tahun 1527 Kemenangan pasukan
Kerajaan Islam Demak Bintoro dibawah pimpinan Falatehan menaklukkan Sunda
Kalapa — ia mengganti nama kota pelabuhan itu menjadi Jayakarta (belakangan
Elite Hindia Belanda dan penduduknya mengucapkannya : Jakatra ………… dan
kemudian hari diucapkan Republiken, Jakarta).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar