Cari Disini

Selasa, 20 Februari 2018

RESENSI BUKU JENDERAL ANUMERTA BASUKI RACHMAT

RESENSI BUKU JENDERAL  TNI ANUMERTA BASUKI RACHMATIdentitas Buku
Judul                   :Jenderal Anumerta Basuki Rachmat
Penulis                :RM.Soebantardjo
Diterbikan oleh    :Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional
Edisi                    :1996
Tebal                   :114 hlm
Harga                  :Rp.17.000,00

SINOPSIS 
MASA KECIL BASUKIRACHMAT:Pada tahun 1943, Selama pendudukan Jepang di Indonesia, Basuki bergabung dengan Pembela Tanah Angkatan Darat (PETA), sebuah kekuatan tambahan berlari oleh Jepang untuk melatih tentara tambahan dalam kasus invasi Amerika Serikat Jawa. Dalam MAP, Basuki, bangkit untuk menjadi Komandan Kompi.
Dengan Proklamasi Kemerdekaan pada 17 Agustus 1945 oleh para pemimpin Nasionalis Soekarno dan Mohammad Hatta, Basuki, seperti banyak pemuda lain ke dalam milisi Mulai Band dalam persiapan untuk pembentukan dari Angkatan Darat Indonesia. Pada tanggal 5 Oktober 1945, Tentara Keamanan Rakyat (TKR) terbentuk, dengan Basuki mendaftar dengan TKR pada bulan yang sama di kota Ngawi di provinsi asalnya Jawa Timur. Di sana ia ditempatkan dengan KODAM VII / Brawijaya (kemudian dikenal sebagai Wilayah Militer V / Brawijaya), komando militer dibebankan dengan keamanan Jawa Timur.
PEMBERONTAKAN PKI 1965:Pada tahun 1965, ada banyak ketegangan politik di Indonesia, khususnya antara Angkatan Darat dan Partai Komunis Indonesia (PKI). PKI, yang perlahan tetapi pasti mendapatkan pijakan dalam politik Indonesia, sekarang sudah siap untuk menjadi partai politik yang paling kuat karena hubungan mereka dengan Presiden Soekarno. Pada bulan September tahun 1965, Basuki tumbuh waspada terhadap kegiatan komunis di Jawa Timur dan pergi ke Jakarta untuk melaporkan pengamatannya kepada Panglima Angkatan Darat, Ahmad Yani. Mereka bertemu pada malam 30 September ketika bertemu dengan Yani Basuki dan melaporkan kejadian di di provinsinya. Yani Basuki memuji tentang laporan tersebut dan ingin dia untuk menemaninya ke pertemuan dengan Presiden keesokan harinya untuk menyampaikan kisahnya kegiatan Komunis.
Keesokan paginya pada tanggal 1 Oktober, Basuki dihubungi oleh Markas Besar Angkatan Darat dan diberitahu tentang penculikan para jenderal, termasuk Yani. Mendengar hal ini, Basuki bersama dengan seorang pembantunya masuk mobil dan mengambil drive di sekitar kota untuk memeriksa apa yang sedang terjadi. Saat ia sedang mengemudi, Basuki melihat pasukannya dari Jawa Timur, Batalyon 530 menjaga Istana Kepresidenan dan bahkan lebih terkejut bahwa mereka tidak memakai identitas apapun. Setelah menyarankan agar mendekati mereka dengan ajudannya, Basuki melaju kembali ke akomodasi di mana ia diberitahu bahwa ia dibutuhkan di Kostrad markas.Basuki pergi ke markas Kostrad untuk menemukan bahwa Panglima Kostrad, Mayor Jenderal Soeharto telah memutuskan untuk menanggung kepemimpinan Angkatan Darat dan mengambil kendali situasi. Dari Soeharto, Basuki menemukan bahwa sebuah gerakan yang menyebut diri mereka Gerakan September 30 telah menggunakan pasukan untuk menempati titik-titik strategis di Jakarta.
 Soeharto kemudian mengatakan Basuki bahwa dia perlu dia untuk menegosiasikan pasukan ke menyerah sebelum 6 atau dia akan menggunakan kekuatan. Ini, Basuki disampaikan kepada Batalyon 530 yang memperlakukannya dengan sangat hormat. Basuki berhasil dan oleh 16:00,
Batalyon 530 menyerahkan diri ke Kostrad.Pada siang hari, Gerakan G30S membuat pengumuman Dewan Revolusi. Di antara nama-nama yang tercantum adalah bahwa Basuki. Ini bukan insiden terisolasi karena banyak jenderal anti-Komunis seperti Umar Wirahadikusumah dan Amirmachmud juga terdaftar di dewan ini. Basuki dengan cepat menyangkal janji.
Juga selama hari dan tanpa sepengetahuan Basuki adalah pertemuan yang diselenggarakan di Halim antara Soekarno, Panglima Angkatan Udara Omar Dhani, Panglima Angkatan Laut RE Martadinata, dan Kapolri Sucipto Judodiharjo untuk menunjuk baru Panglima Angkatan Darat. Meskipun itu Mayor Jenderal Pranoto Reksosamudra yang akan ditunjuk Panglima Angkatan Darat, nama Basuki sempat dipertimbangkan. Itu cepat diberhentikan oleh Sukarno, yang berkelakar bahwa Basuki akan selalu jatuh sakit saat kesempatan itu membutuhkannya.
SUPERSEMAR 1996:Pada 11 Maret 1966, Basuki menghadiri rapat kabinet di Istana Presiden, yang pertama sejak Sukarno reshuffle kabinet pada akhir Februari. Pertemuan belum berlangsung lama sebelum Sukarno, setelah menerima catatan dari komandan pengawalnya, tiba-tiba meninggalkan ruangan. Ketika pertemuan itu selesai, Basuki dan Menteri Perindustrian, Mohammad Jusuf, pergi ke luar Istana Presiden untuk bergabung Amir Machmud, Komandan KODAM V / Jaya. Basuki kemudian diberitahu apa yang telah terjadi dan diberitahu bahwa Soekarno telah pergi ke Bogor dengan helikopter karena tidak aman di Jakarta.Jusuf menyarankan agar mereka bertiga pergi ke Bogor untuk memberikan dukungan moral bagi Sukarno.
 Dua jenderal setuju dan bersama-sama ke Bogor setelah meminta izin Soeharto. Menurut Amir Machmud, Suharto meminta tiga Jenderal untuk memberitahu Sukarno kesiapan untuk memulihkan keamanan harus Presiden memesannya.Di Bogor, tiga bertemu dengan Soekarno yang tidak senang dengan keamanan dan dengan desakan Amir Machmud bahwa semuanya aman. Soekarno kemudian mulai mendiskusikan pilihan dengan tiga Jenderal sebelum akhirnya Sukarno kemudian mulai mendiskusikan pilihan dengan Basuki, Jusuf, dan Amirmachmud sebelum akhirnya meminta mereka bagaimana dia bisa mengurus situasi. Basuki dan Jusuf diam, tetapi Amir Machmud menyarankan bahwa Sukarno memberi Suharto beberapa kekuatan dan memerintah Indonesia dengan dia sehingga semuanya dapat diamankan. Pertemuan kemudian dibubarkan, Sukarno mulai mempersiapkan Keputusan Presiden.
Itu senja ketika Keputusan yang akan menjadi Supersemar akhirnya siap dan menunggu tanda tangan Sukarno. Sukarno memiliki beberapa keraguan menit terakhir tetapi Jusuf, bersama dengan dua jenderal dan lingkaran dalam Sukarno dalam Kabinet yang juga telah membuat perjalanan ke Bogor mendorongnya untuk menandatangani. Soekarno akhirnya menandatangani surat itu. Sebagai keluar paling senior dari tiga Jenderal, Basuki dipercayakan dengan huruf dan diperintahkan untuk menyampaikannya kepada Soeharto. Malam itu, tiga Jenderal segera pergi ke Markas Kostrad dan Basuki menyerahkan surat kepada Soeharto.

KELEBIHAN:
1).Kertas yang digunakan bagus
2).Bahasa yang digunakan baik
3).Penukisan kalimat yang jelas
4).Didukung dengan ilustrasi gambar

KEKURANGAN:
1).sampul buku kurang menarik
2).kurangnya warna pendukung pda tiap gambar.

Lihat dan baca juga Resensi bertemakan Sejarah disini

Artikel Terkait

Tidak ada komentar:

Posting Komentar